Sumenep – Momen bulan suci Ramadhan selalu menjadi waktu yang penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia. Salah satu tradisi yang banyak dilakukan adalah tadarus Al-Qur’an, yaitu membaca dan mengkaji ayat-ayat suci secara bersama-sama di masjid maupun mushalla. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan ini berjalan lebih optimal dan tidak menimbulkan gangguan bagi masyarakat sekitar.
Ketua Komisi Hukum dan Fatwa MUI Kabupaten Sumenep, Drs. KH. Aidi, M.Pd.I, menegaskan pentingnya memperhatikan adab dalam tadarus Al-Qur’an. Ia mengimbau agar umat Islam tetap menjaga kenyamanan lingkungan dengan tidak menggunakan pengeras suara yang berlebihan. “Tadarus adalah ibadah yang sangat dianjurkan, tetapi kita juga harus mempertimbangkan kepentingan orang lain, terutama saat larut malam,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya membaca Al-Qur’an dengan tartil, yaitu secara perlahan dan sesuai kaidah tajwid. Menurutnya, bacaan yang terburu-buru dapat mengurangi keindahan dan makna Al-Qur’an itu sendiri. “Kualitas lebih utama daripada kuantitas. Lebih baik membaca dengan benar dan memahami isinya daripada sekadar mengejar target khatam,” tambahnya.
Selain itu, waktu pelaksanaan tadarus juga harus diperhatikan. Menurut KH. Aidi, tadarus yang dilakukan hingga larut malam bisa mengganggu waktu istirahat masyarakat. Ia menyarankan agar kegiatan ini dibatasi hingga pukul 22.30 atau maksimal 23.00. “Keseimbangan antara ibadah dan hak-hak sosial harus dijaga. Jangan sampai niat baik justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain,” katanya.
Di bulan Ramadhan ini, umat Islam diimbau untuk memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an, baik melalui tadarus, kajian tafsir, maupun diskusi ilmiah tentang kandungan ayat-ayatnya. Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya menjadi ajang memperbanyak ibadah, tetapi juga momen memperdalam pemahaman terhadap wahyu Allah.
